Selasa, 08 Maret 2016

Jendral Sudirman

MENGENAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN - (Berbagi bersama Rere 'Loreinetta)


PAK DIRMAN, SEORANG JENDRAL DAN SEKALIGUS USTAZD

SEORANG PEJUANG SEJATI MEMBELA KEBENARAN DAN MELAWAN KEZALIMAN...HIDUPNYA HANYA BERJUANG, DAN BERJUANG,
BAHKAN TANPA SEMPAT MENIKMATI HASIL PERJUANGANNYA.

 


Ada sebuah kenyataan dibalik seorang Panglima Besar Pertama, Jendral Soedirman yang selama ini seolah ditutup-tutupi, kalau tidak mau dibilang diusahakan untuk dihilangkan. Namun, sepandai pandainya tupai melompat, suatu waktu pasti terpeleset juga.


Selama ini yang kita kenal hanya JENDRAL SOEDIRMAN saja, sementara sebagai USTADZ SOEDIRMAN dilupakan, ataukah malah mungkin sengaja dihilangkan?
Kita diajarkan di sekolah bahwa Jendral Soedirman berperang dengan TAKTIK GERILYA, tapi mengapa seruan JIHAD FI SABILILLAH JENDRAL SOEDIRMAN tak pernah kita dengarkan? <p> </p> <p>Panglima Besar Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh penting yang pernah dimiliki negeri ini. Dia pejuang dan pemimpin teladan bangsa. Pribadinya teguh pada prinsip, keyakinan dan selalu mengedepankan kepentingan rakyat dan bangsa di atas kepentingan pribadinya.</p>
---o0o---

DALAM TULISAN TEMPO :

Soedirman terkenal punya firasat dan perhitungan jitu semasa bergerilya. Jenderal dari Banyumas dan percaya klenik ini dikabarkan memiliki bermacam kesaktian.


Majalah Tempo, Senin 12 November 2012 menurunkan edisi khusus Jenderal Soedirman, Bapak Tentara dari Banyumas. Soedirman disebut sebagai penganut aliran kejawen Sumarah. Ia gemar mengoleksi keris. Ia juga percaya benda pusaka itu punya tuah yang bisa melindunginya. ---o0o---


Sudirman lahir dari keluarga petani kecil, di desa Bodaskarangjati, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, pada tanggal 24 Januari 1916. Ayahnya seorang mandor tebut pada pabrik gula di Purwokerto.
Sejak bayi Soedirman diangkat anak oleh asisten wedana (camat) di Rembang,
R. Tjokrosunaryo. Sebelum memasuki dunia kemiliteran, Sudirman berlatar belakang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan aktif kepanduan Hizbul Wathan.

Panglima Besar Jendral Soedirman, Pejuang kemerdekaan yang mengobarkan semangat jihad, perlawanan terhadap kezaliman, membekali dirinya dengan pemahaman dan pengetahuan agama yang dalam, sebelum terjun dalam dunia militer untuk seterusnya aktif dalam aksi-aksi perlawanan dalam mempertahankan kemerdekaan negeri.

Mengawali karir militernya sebagai seorang dai muda yang giat berdakwah di era 1936-1942 di daerah Cilacap dan Banyumas. Hingga pada masa itu Soedirman adalah dai masyhur yang dicintai masyarakat.

Kisah Perjalanan Hidup

Dikisahkan, sekitar 50 km dari Kota Purbalingga, ada seorang ulama bernama Kyai Haji Busyro Syuhada. Sang ulama memiliki sebuah pesantren di desa Binorong, Banjarnegara. Selain dikenal sebagai ulama, Kyai Busyro juga seorang pendekar pencak silat (ketika itu istilahnya pencak ragawi dan batin).

Sebagaimana umumnya pesantren, para santri diajarkan ilmu agama dan beladiri pencak. Pencak silatnya dikenal dengan nama Aliran Banjaran yang intinya memadukan ilmu batin dan ilmu dhohir. Di kemudian hari pencak silat yang dirintis Kyai Busyro Syuhada menjadi cikal bakal perguruan silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah

Suatu hari, Sudirman berkunjung ke pesantren Kyai Busyro di Banjarnegara. Dia bermaksud silaturrahmi. Saat itu Sudirman masih menjalankan pekerjaan sebagai guru di Cilacap. Pada pertemuan itu, tiba-tiba saja Kyai Busyro menangkap suatu firasat saat berhadapan dengan Sudirman.

Kyai Busyro menyarankan agar Sudirman tinggal sementara waktu di pesantren.
Dia ingin agar Sudirman mau menjadi muridnya. Kyai Busyro tidak menjelaskan alasan sesungguhnya. Tentu saja Sudirman terkejut mendengar saran Kyai Busyro Syuhada. Tetapi dia menyambut dengan antusias. Bagaimanapun juga, saran dan nasehat seorang ulama tentu baik dan pasti ada alasan-alasan khusus yang tidak dapat diungkapkan.

Selanjutnya Sudirman nyantri di pesantren asuhan Kyai Busyro Syuhada.
Saat itu usia Sudirman sekitar 25 tahun. Selama menjadi santri, Sudirman diperlakukan khusus oleh Kyai Busyro. Bahkan terkesan diistimewakan.

Sangat meneladani kehidupan Rasulullah, yang mengajarkan kesederhaan dan kebersahajaan. Sehingga perlakuan khusus dari jamaah pengajian yang rutin diikutinya, dianggap terlalu berlebihan dan ditolaknya dengan halus. Namun nampaknya pak Kiai sangat ingin memberikan yang terbaik untuk Sudirman. Semua keperluan Sudirman menyangkut urusan apa saja, termasuk urusan makan dan minum selalu disiapkan.

Kyai Busyro sengaja menyediakan seorang pelayan khusus untuk murid spesialnya itu. Pelayan itu masih keponakan Kyai Busyro sendiri yang bernama Amrullah. Saat itu usia Amrullah lebih muda 5 tahun dibandingkan Sudirman.

Namun demikian, Sudirman diharuskan berpuasa dan saat tengah malam melakukan shalat sunnah secara rutin,meskipun dalam keadaan berpuasa, Sudirman diperintahkan melakukan pekerjaan keras memotong beberapa pohon yang ada di dekat pesantren. Batang-batang pohon itu kemudian diseretnya. Lalu dimasukkan ke dalam kolam atau empang. Pekerjaan itu dilakukan sendirian tanpa dibantu siapapun. Setelah matahari terbenam, batang pohon itu harus dikeluarkan lagi dari kolam.Saat Sudirman berbuka puasa dan sahur, Amrullah lah yang bertugas menyediakan makanan dan minuman.

Di samping itu, Kyai Busyro juga memberi amalan zikir atau hizib khusus kepada Sudirman untuk dibaca setiap harinya. Secara hampir bersamaan, hizib ini juga diamalkan Amrullah (kelak Amrullah menjadi ulama di Wonosobo, Jawa Tengah).

Pada tahun 1942, Kyai Busyro meninggal dunia. Melihat kenyataan itu, Sudirman memutuskan kembali ke kampung halamannya di Purbalingga. Namun tidak berapa lama kemudian balatentara Jepang mulai menjajah Indonesia.

Kemudian dia mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.

Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi,

Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia.

Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel. Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945, ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia.

Seorang jenderal yang shalih, senantiasa memanfaatkan momentum perjuangan dalam rangka menegakkan kemerdekaan sebagai bagian dari wujud pelaksanaan jihad fi sabilillah. Dan ini ia tanamkan kepada para anak buahnya, bahwa mereka yang gugur dalam perang ini tidaklah mati sia-sia, melainkan gugur sebagai syuhada.

'Jangan kamu kira bahwa orang2 yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rizki.' [Qs.3 Ali Imran:169]

Untuk menyebarluaskan semangat perjuangan jihad tersebut, baik di kalangan tentara atau pun seluruh rakyat Indonesia, Jenderal besar ini menyebarkan pamflet atau selebaran yang berisikan seruan kepada seluruh rakyat dan tentara untuk terus berjuang melawan Belanda dengan mengutip salah satu hadits Nabi Muhammad SAW:

“Insjafilah! Barangsiapa mati, padahal (sewaktoe hidoepnja) beloem pernah toeroet berperang (membela keadilan) bahkan hatinya berhasrat perang poen tidak, maka matilah ia diatas tjabang kemoenafekan.”

Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena prestasinya.

Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.

Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.

Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.

Terkenal dengan Tandu-nya.

Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya.
Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.

Semua para prajuritnya selalu mengenang Jendral Soedirman sebagai :
Sosok eorang jenderal yang shalih, senantiasa memanfaatkan momentum perjuangan dalam rangka menegakkan kemerdekaan sebagai bagian dari wujud pelaksanaan jihad fi sabilillah. Dan bosan-bosan ini ia tanamkan kepada para anak buahnya, bahwa mereka yang gugur dalam perang ini tidaklah mati sia-sia, melainkan gugur sebagai syuhada.

Untuk menyebarluaskan semangat perjuangan jihad tersebut, baik di kalangan tentara atau pun seluruh rakyat Indonesia, Jenderal besar ini menyebarkan pamflet atau selebaran yang berisikan seruan kepada seluruh rakyat dan tentara untuk terus berjuang melawan Belanda dengan mengutip salah satu hadits Nabi. “Insjafilah! Barangsiapa mati, padahal (sewaktoe hidoepnja) beloem pernah toeroet berperang (membela keadilan) bahkan hatinya berhasrat perang poen tidak, maka matilah ia diatas tjabang kemoenafekan.”

Pejuang sejati tidak boleh takut mati.

Perang gerilya yang dilakukan, tak luput dari mencontoh apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Sewaktu berada di desa Karangnongko, setelah sebelumnya menetap di desa Sukarame, Panglima Besar Soedirman yang memiliki naluri seorang pejuang, menganggap desa tersebut tidak aman bagi keselamatan pasukannya. Maka beliau pun mengambil keputusan untuk meninggalkan desa dengan taktik penyamaran, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah besarta para sahabatnya saat akan berhijrah.

Setelah shalat subuh, Pak Dirman yang memiliki nama samaran Pak De dengan beberapa pengawal pergi menuju hutan. Mantel yang biasa dipakai olehnya ditinggal dalam rumah di desa itu, termasuk beberapa anggota rombongan yang terdiri dari Suparjo Rustam dan Heru Kesser. Pagi harinya Heru Kesser segera mengenakan mantel tersebut dan bersama Suparjo Rustam berjalan menuju arah selatan, sampai pada sebuah rumah barulah mantel tersebut dilepas dan mereka berdua bersama beberapa orang secara hati-hati pergi menyusul Soedirman. Dan sore harinya pasukan Belanda dengan pesawat pemburunya memborbardir rumah yang sempat disinggahi Heru Kesser dan Suparjo Rustam, dan ini membuktikan betapa seorang Panglima sekaligus dai ini begitu menguasai taktik dan sejarah perjuangan dalam Islam.

Beliau – dalam keadaan sakit parah, paru2 tinggal sebelah – tetap memaksakan diri bergerilya melawan Belanda. Bukan materi yang beliau kejar, bukan gaji besar, bukan fasilitas. Beliau bahkan tidak digaji. Presiden dan Perdana Menteri sudah ditangkap Belanda dalam Agresi Militer (Aksi Polisionil) Belanda ke-2. Beliau menjual perhiasan istrinya untuk modal perjuangan, berpindah dari hutan ke hutan, dengan kondisi medan yang sangat berat, dibayang-bayangi pengejaran tentara Belanda lewat darat dan udara.

Pak Dirman -dalam keadaan sakit parah digerogoti TBC & paru2 tinggal satu- memimpin perang gerilya dari atas tandu. Bersama para gerilyawan yang beliau pimpin, berjuang keluar masuk hutan naik turun gunung demi memerdekakan kita anak cucu mereka. Berjuang dengan persenjataan seadanya, melawan musuh yang memiliki persenjataan modern didukung kekuatan laut dan udara.
Gerilya berdasar kepada taktik hit and run, dan subhanalalh ini ampuh untuk merontokkan moral Belanda.

Jendral Soedirman Bergerilya dan berbaur dengan Rakyat

Di tengah kondisi kesehatan beliau yg makin mengkhawatirkan itu, banyak pihak yang menyarankan agar beliau berhenti bergerilya, namun semangat juang beliau tidak dapat dipatahkan oleh siapapun juga. (mirip seperti Cut Nya Din ). Beliau terus gigih berjuang, tidak mempedulikan lagi keselamatan dirinya. Bagi beliau, lebih baik hancur dan mati daripada tetap dijajah oleh musuh.

Berkat perjuangan yang tak kenal menyerah itulah, Belanda kewalahan secara militer. Kekuatan gerilya Pak Dirman nyata-nyata luar biasa, walau dengan peralatan tempur seadanya. Belanda hanya mampu menguasai perkotaan, sedangkan di luar itu, sudah masuk wilayah gerilya tentara dan pejuang kita. Di sisi lain, tekanan diplomatis terhadap Belanda juga bertubi2, karena dunia internasional melihat bahwa dengan eksistensi TNI yang ditunjukkan oleh Pak Dirman membuktikan bahwa Republik Indonesia itu ada, dan bukan sekedar kumpulan gerombolan ekstrimis seperti yang santer dipropagandakan Belanda.

Akhirnya, Belanda pun benar2 angkat tangan, dan terpaksa mengajak RI untuk berunding kembali. Perjanjian Roem Royen pun terwujud pada tanggal 7 Mei 1949, dimana Indonesia dan Belanda sepakat untuk mengakhiri permusuhan. Presiden pun telah dibebaskan oleh Belanda dan dikembalikan ke ibukota negara, waktu itu masih Yogyakarta. Namun ini masih belum final dan Pak Dirman tetap belum yakin dengan hasil perjanjian itu. Beliau tetap bersikeras melanjutkan perjuangan sampai seluruh tentara Belanda benar-benar hengkang dari tanah air.

Akhirnya Sri Sultan Hamengkubuwono IX meminta kepada Kolonel Gatot Soebroto untuk menulis surat kepada Pak Dirman agar bersedia kembali ke ibukota.

Berikut adalah penggalan surat Kolonel Gatot Soebroto yang meminta Pak Dirman untuk berhenti bergerilya dan beristirahat (di-EYD-kan):

“…tidak asing lagi bagi saya, tentu saya juga mempunyai pendirian begitu. Semua-semuanya Tuhan yang menentukan, tetapi sebagai manusia diharuskan ikhtiar. Begitu pula dengan keadaan adikku, karena kesehatannya terganggu harus ikhtiar, mengaso sungguh-sungguh, jangan mengalih apa-apa. Laat alles waaien. Ini bukan supaya jangan mati konyol, tetapi supaya cita-cita adik tercapai. Meskipun buah-buahnya kita tidak turut memetik, melihat pohonnya subur, kita merasa gembira dan mengucapkan banyak terimakasih kepada Yang Maha Kuasa.
Ini kali saya selaku Saudara tua dari adik minta ditaati…”

Pak Dirman pun akhirnya luluh. Bagaimanapun, perjuangan adalah jalan beliau, dan kini beliau menyadari, bahwa hasil perjuangan itu sudah mendekati akhirnya.
Sebagai persiapan pulangnya Pak Dirman ke ibukota, Sri Sultan pun mengirimkan pakaian kebesaran. Namun dengan halus dan bijaksana, kiriman itu beliau tolak. Pak Dirman memilih datang sebagaimana adanya sebagaimana ketika meninggalkan ibukota untuk bergerilya, dengan segala kekurangan dan penderitaan.
Beliau datang dengan tandu, dikawal banyak sekali anak buah beliau yang mencintai beliau. Setibanya di Gedung Agung, Presiden Soekarno langsung menyambut dan merangkul beliau.

Bung Karno kembali bisa merangkul dengan penuh sayang ke Pak Dirman yang akhirnya tiba kembali di ibukota negara setelah berbulan2 bergerilya keluar masuk hutan. Bung Karno sendiri tidak tahan melihat kondisi Pak Dirman yang tampak kurus dan sangat lusuh…

Perundingan pun berlanjut kepada Konferensi Meja Bundar. Puncaknya, tidak lama berselang, Belanda terpaksa mengakui kedaulatan RI pada tanggal 27 Desember 1949, dan benar-benar hengkang dari ibu pertiwi. Pengakuan Kedaulatan RI oleh Belanda, 27 Desember 1949, yang merupakan hasil jerih payah perjuangan Pak Dirman.

Barangkali sosok sehebat Pak Dirman ini, sepertinya memang ditakdirkan hanya untuk berjuang, untuk membuka jalan lapang bagi kemerdekaan sebuah negeri, bukan untuk menikmati kemerdekaan yang telah beliau perjuangkan.

Akhirnya Beliau wafat sebagai akibat penyakit yang kian parah. yaitu pada tanggal 29 Januari 1950, hanya berselang 1 bulan setelah pengakuan kedaulatan RI.
Pemakaman Pak Dirman, 29 Januari 1950, hanya 1 bulan berselang setelah Pengakuan Kedaulatan RI


sumber bacaan :
dimasanarky.blogspot.com

*sudah pernah ditayang di wall loreinetta.

semoga tetap menjadikan pelajaran bagi kita tentang pesan beliau .
dalam satu hadits Nabi Muhammad SAW:

“Insjafilah! Barangsiapa mati, padahal (sewaktoe hidoepnja) beloem pernah toeroet berperang (membela keadilan) bahkan hatinya berhasrat perang poen tidak, maka matilah ia diatas tjabang kemoenafekan.”

Gerhana Matahari


Dwi Nova A  -  ISLAMI



Gerhana matahari diprediksi akan terjadi pada tanggal 9 Maret mendatang dan itu adalah beberapa hari lagi dari sekarang. Sudahkah kita menyiapkan sesuatu pada moment yang jarang terjadi tersebut? Apakah hanya ingin memperhatikan dan mengabadikannya saja? Ataukah justru ingin melakukan ibadah yang berkaitan dengan munculnya gerhana?

Sebagai seorang muslim, kita tidak perlu merasa kebingungan dengan fenomena langka tersebut karena Rasulullah sendiri yang merupakan suri tauladan yang baik telah membeberkan sejumlah contoh berupa ibadah yang harus dilaksanakan pada saat munculnya gerhana, entah itu gerhana matahari ataupun gerhana bulan.

1. Perbanyaklah Berdzikir, Bertakbir, Beristighfar Dan Bersedekah

Ibadah yang dilakukan ketika melihat atau terjadi suatu fenomena seperti gerhana adalah dengan memperbanyak bacaan dzikir, baik itu istighfar maupun takbir sebagai bentuk rasa ketakutan kita atas kekuasaan yang Allah tunjukkan di alam semesta. Kita pun disuruh untuk bersedekah agar amal kebaikan kita semakin bertambah.

Dari Aisyah, Rasulullah telah bersabda, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang.

Jika melihat hal tersebut maka berdoalah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.” (HR Bukhari)

2. Lakukan Shalat Gerhana Secara Berjamaah Di Masjid

Amalan selanjutnya ketika terjadi gerhana adalah dengan melakukan shalat gerhana di masjid secara berjamaah. Namun bukan kesalahan juga ketika kita shalat gerhana di rumah masing-masing. Yang jelas berjamaah akan lebih besar keutamaannya dibandingkan sendiri-sendiri.

Ibnu Hajar mengatakan, “Yang sesuai dengan ajaran Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah mengerjakan shalat gerhana di masjid. Seandainya tidak demikian, tentu shalat tersebut lebih tepat dilaksanakan di tanah lapang agar nanti lebih mudah melihat berakhirnya gerhana.” (Fathul Bari)

Shalat gerhana secara berjamaah bukanlah syarat karena Rasulullah juga pernah berkata, “Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka shalatlah.” (HR Bukhari) dan tidak menjelaskan apakah harus sendiri atau berjamaah.

Namun jika dilakukan bersama-sama di masjid tentunya sesuai dengan contoh yang diberikan Nabi bersama dengan sahabat-sahabatnya.


3. Wanita Diperbolehkan Ikut Shalat Bersama Kaum Laki-Laki

Dari Asma bin Abi Bakr, ia berkata, “Saya mendatangi Aisyah Radhiallahu ‘Anha ketika terjadi gerhana matahari. Saat itu manusia tengah menegakkan shalat. Ketika Aisyah turut berdiri untuk melakukan shalat, saya bertanya, “Kenapa orang-orang ini?” Aisyah mengisyaratkan tangannya ke langit seraya berkata, “Subhaanalah (Maha Suci Allah). Saya bertanya, “Tanda (gerhana)?” Aisyah lalu memberikan isyarat untuk mengatakan iya.” (HR Bukhari)

Dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar menjelaskan bahwa dengan keterangan tersebut, maka menjadi sebuah sanggahan terhadap orang-orang yang melarang kaum wanita untuk ikut shalat gerhana berjamaah dengan kaum laki-laki.

Jadi dari keterangan diatas, maka wanita boleh ikut serta shalat gerhana dengan laki-laki di masjid. Namun jika dikhawatirkan terjadi fitnah, maka shalat di rumah adalah lebih baik.

4. Tidak Ada Adzan Dan Iqamah
Aisyah berkata dalam suatu riwayat, “Aisyah menuturkan bahwa pada zaman Nabi pernah terjadi gerhana matahari. Beliau lalu mengutus seseorang untuk memanggil jamaah dengan ucapan ASH SHALATU JAMI’AH (mari kita lakukan shalat berjmaah). Orang-orang pun berkumpul dan Nabi lalu maju serta bertakbir. Beliau kemudian melakukan ruku empat kali dan sujud empat kali dalam dua rakaat.” (HR Muslim)

Melihat hadist tersebut maka Rasulullah tidak menyuruh manusia untuk mengumandangkan adzan ataupun iqamah. Yang ada hanya sebatas seruan untuk melaksanakan shalat gerhana secara berjamaah.

5. Melakukan Khutbah Setelah Gerhana

Melakukan khutbah setelah terjadinya gerhana merupakan ibadah yang dilakukan oleh Imam Syafi’i, Ishaq dan beberapa sahabat lainnya.

Aisyah menuturkan bahwa di jaman Rasulullah telah terjadi gerhana matahari dan beliau bangkit serta mengimami manusia dan memanjangkan berdiri.

Setelah melakukan shalat gerhana, Rasulullah pun kemudian berkhutbah,

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat hal tersebut maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah shalat dan bersedekahlah.”

Nabi selanjutnya bersabda, ”Wahai umat Muhammad, demi Allah, tidak ada seorang pun yang lebih cemburu daripada Allah karena ada seorang hamba baik laki-laki maupun perempuan yang berzina.
Wahai Umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari)

Itulah 5 ibadah yang dilakukan ketika moment gerhana tiba. Semoga kita bisa melaksanakannya pada tanggal 9 Maret tersebut dengan sebaik-baiknya. Aamiin

Sumber : http://www.kabarmakkah.com
Share on Facebook Share on Twitter Share on Google Plus
About Sarah Aprilia


This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
RELATED POSTS


INNA LILLAHI, Pembela Rasulullah Wa...

INNA LILAHI , Ustadz Al Habsyi Meng...

Mengapa "Fabiayyi aala'i rabbikuma ...
Newer Post Older Post Home
[ TUTUP KLIK 2X ]


POPULAR POSTS

 Seputar Dunia Islami
TERUNGKAP SUDAH,, INILAH ALASAN KENAPA ALLAH SWT MEMILIH NABI ISA UNTUK MEMBUNH DAJJAL DI AKHIR ZAMAN NANTI
Kenapa Allah SWT memilih Nabi Isa untuk membunuh Dajjal? Kemunculan Nabi Isa kelak di akhir zaman telah dijelaskan secara gamblang da...
 Seputar Dunia Islami
PENTING!! MOHON JANGAN ABAIKAN INFO INI, JIKA ANDA SEORANG PRIA MOHON SAMPAIKAN INI KEPADA WANITA !! WASPADALAH KAUM WANITA AKAN BAHAYA PENYAKIT BARU INI !!
Buat kaum Perempuan!!!!! MOHON BANTUANYA UNTUK SHAREFOTO INI......  Tolong disebarkan ke seluruhnya kenalan dan e-mail yg Kamu me...
 Seputar Dunia Islami
WAJIB BACA !!! Inilah 2 Dosa Yang Tetap Mengalir Meski Anda Sudah meninggal Dunia, Jangan lupa disebarkan !!
Kita Ummat Manusia Memang dalam hidup ini selalu tergelimbang dengan DOSA, baik itu dosa besar maupun dosa kecil, nah sangat sulit un...
ARTIKEL TERBARU

BLOG ARCHIVE

 March (11)
 February (31)
 January (17)
 December (44)
 November (37)
Labels

Aceh
Anak
Dunia Nyata
Inspirasi
Islami
Kesehatan
Kisah Nyata
Manfaat
Nasihat
Obat
Orang tua
Perhiasan
Renungan
Wanita

Metode 1 dari 3: Membuat Bubur Kertas

  1. Gambar berjudul Make Recycled Paper Step 1
    1
    Kumpulkan kertas bekas. Tekstur dan warna kertas lama yang Anda gunakan ulang akan secara langsung menunjukkan kualitas "hasil akhir" kertas daur ulang. Anda dapat menggunakan kertas untuk mencetak, kertas koran, tisu dan serbet kertas (bersih), kertas fotokopi, kertas pembungkus, kertas cokelat untuk pembungkus, kertas bergaris, dan bahkan amplop bekas.[1] Ingatlah: kertas tersebut akan menyusut dan mengkerut saat melalui proses perendaman dan pengeringan. Oleh karena itu, Anda akan memerlukan lebih banyak potongan kertas daripada jumlah kertas daur ulang yang ingin Anda buat. Berikut penjelasan lebih jauh
    • Kertas koran sebanyak 4-5 lembar semestinya menghasilkan dua lembar kecil kertas daur ulang. [2] Perbandingan ini mungkin bervariasi tergantung pada jenis dan ketebalan kertas yang Anda buat menjadi bubur kertas.
    • Jika Anda menginginkan kertas daur ulang "biasa" dengan warna yang konsisten, berhati-hatilah dengan jenis kertas yang Anda gunakan. Misalnya, jika kebanyakan Anda gunakan potongan kertas putih maka hasil akhirnya akan lebih menyerupai lembaran kertas pencetak standar.
    Iklan
  2. 2
    Sobeklah kertas. Sobek potongan kertas menjadi bagian-bagian kecil; semakin halus, semakin baik. Jika potongan kertas berukuran relatif besar maka hasil akhirnya akan cenderung tebal dan tidak rapi. Masukkan lembaran-lembaran kertas ke dalam penghancur kertas, kemudian lakukan penggilingan atau penyobekan lembaran-lembaran kertas sehingga ukurannya sama dan sedikit lebih kecil.[3]
  3. 3
    Rendam kertas yang telah dihancurkan. Masukkan potongan-potongan kertas yang telah dihancurkan ke dalam sebuah mangkuk atau panci, dan isilah wadah tersebut dengan air panas. Aduk campuran tersebut untuk memastikan bahwa seluruh bagian kertas telah terendam. Diamkan kertas selama beberapa jam agar matang, sesekali lakukan pengadukan.
    • Pertimbangkan untuk menambahkan beberapa sendok makan tepung jagung (maizena) setelah beberapa jam untuk memastikan kekentalannya. Langkah ini tidak diharuskan, namun beberapa pelaku kerajinan kertas daur ulang meyakini bahwa cara tersebut efektif. Jika Anda menambahkan maizena, aduklah tepung secara menyeluruh dalam campuran tersebut dan tambahkan sedikit air panas untuk membantu peresapan.[4]
  4. 4
    Haluskan campuran kertas yang telah lembek menggunakan blender. Setelah beberapa jam, masukkan dua atau tiga genggam campuran kertas yang telah lembek ke dalam blender. Isi blender dengan air hingga setengah penuh. Nyalakan blender dalam putaran cepat untuk menghancurkan kertas menjadi bubur. Ketika siap digunakan, kertas tersebut akan memiliki tekstur seperti bubur gandum (oat) yang dimasak.[5]
    • Jika Anda tidak memiliki blender, penyobekan dan perendaman (secara manual) harus dilakukan dengan cukup baik. Namun, membuat bubur kertas dengan peralatan mekanik akan membantu Anda menghasilkan bubur kertas yang lebih halus.
    Iklan

Metode 2 dari 3: Menyaring Kertas

  1. 1
    Siapkan kasa (kawat halus yang dianyam). Anda akan menggunakan alat tersebut untuk menyaring bubur kertas basah, menyaring air dari gumpalan kertas. Saat mengering pada permukaan kasa, bubur kertas secara berangsur-angsur akan mengental menjadi kertas daur ulang. Jadi, suatu hal penting apabila dimensi kasa sesuai dengan ukuran lembaran kertas yang ingin Anda buat. Dalam hal ini, potongan kasa jendela (kawat nyamuk) sangat cocok untuk digunakan; kira-kira dengan ukuran 20,32 cm × 30,48 cm, atau sebesar yang Anda sukai.[6]
    • Usahakan untuk memasang pembatas di sekeliling kasa untuk menahannya saat berada dalam bubur kertas. Bingkai foto kayu bekas akan sangat sesuai, tetapi Anda juga dapat menempelkan sepotong kayu tipis dengan lem atau pengokot mengelilingi bagian sebelah luar kasa untuk membuat sebuah "bingkai."
    • Jika kasa terbuat dari logam, pastikan tidak dalam kondisi berkarat. Karat mungkin akan menodai kertas yang Anda hasilkan.
  2. 2
    Isilah panci/loyang dengan bubur kertas. Gunakan panci/baskom yang biasa digunakan untuk mencuci piring, loyang, atau ember yang lebar dan dangkal. Wadah tersebut semestinya memiliki kedalaman minimal sekitar 10-15 cm. Tuangkan bubur kertas ke dalam wadah sampai setengah penuh. Kemudian, tambahkan air sampai campuran tersebut memiliki kedalaman sekitar 7-10 cm. Biasanya wadah penuh, tetapi kali ini tidak begitu banyak karena penambahan kasa akan membuat campuran bubur kertas dan air meluap.[7]
  3. 3
    Letakkan kasa di dalam wadah. Doronglah kasa ke dasar wadah hingga seluruhnya berada di bawah air dan bubur kertas. Geser kasa maju-mundur dengan hati-hati di dalam campuran untuk memecahkan setiap gumpalan. Selanjutnya, angkatlah kasa tersebut ke atas secara tegak lurus. Semestinya bubur kertas akan menyebar secara merata dalam bentuk lapisan tipis di atas permukaan kasa.
    • Sebagai alternatif: terlebih dahulu letakkan kasa di dasar wadah. Selanjutnya, tuangkan air dan bubur kertas ke atasnya. Saat Anda mengangkatnya keluar dari air, kasa tersebut akan menyaring bubur kertas.
  4. 4
    Letakkan kasa di atas handuk untuk mengeringkannya. Pastikan bahwa bagian kasa yang mengandung kertas menghadap ke atas dan jauh dari permukaan handuk. Bagaimanapun, proses penyaringan sendiri tidak akan menyaring seluruh tetesan air. Bubur kertas masih akan memerlukan waktu untuk mengering minimal sekitar satu jam lagi. Biarkan bubur kertas mengering, dan jangan menyentuhnya.
    Iklan

Metode 3 dari 3: Melakukan Pengepresan Kertas

  1. 1
    Buanglah kelebihan air. Setelah satu jam, bentangkan seprai atau kain tipis di atas bubur kertas yang ada dalam kasa. Selanjutnya, tekan permukaan seprai/kain dengan kuat menggunakan spons kering untuk membuang seluruh kelebihan air dari bubur kertas. Tujuan akhirnya adalah memindahkan kertas dari kasa ke permukaan seprai/kain tersebut. Seprai/kain yang digunakan harus rata, bersih, kering, dan tidak berkerut, sehingga merupakan cetakan yang tepat untuk kertas yang Anda buat.[8]
  2. 2
    Angkat kasa dan balikkan posisinya. Kertas yang ada di dalamnya harus terlepas dan jatuh di atas seprai/kain. Letakkan seprai/kain berisi kertas tersebut pada permukaan yang rata untuk proses pengeringan selama satu malam atau minimal beberapa jam. Letakkan di tempat yang kering dan hangat.
    • Usahakan untuk tidak mengeringkan kertas langsung di bawah panas, atau terlalu dekat dengan sumber panas. Cara tersebut mungkin akan menyebabkan kertas berkerut dan kering secara tidak merata.
  3. 3
    Lepaskan kertas dari permukaan seprai/kain. Ketika bubur kertas kering, lepaskan dari permukaan kain dengan hati-hati. Nah, sekarang Anda memiliki selembar kertas kering yang dipres dengan kuat yang fungsional! Jika ini berhasil maka Anda dapat menggunakan peralatan yang sama untuk memproduksi kertas daur ulang sebanyak Anda suka. [9]
  4. 4
    Lakukan pengujian. Untuk mengetahui kualitas kertas, tuliskan sesuatu di atas kertas dengan pensil atau bolpoin. Pikirkan apakah kertas tersebut cukup menyerap; apakah cukup terang untuk bisa melihat kalimat yang Anda tulis; dan apakah tergolong sebagai kertas yang cukup bagus dan tahan lama. Jika Anda merencanakan untuk membuat lebih banyak kertas daur ulang, catat dan ingatlah berbagai informasi tersebut sehingga kelak Anda dapat memperbaiki kualitas kertas daur ulang yang Anda buat.
    • Jika kertas yang dihasilkan terlalu kasar, mungkin karena Anda tidak menggiling bubur kertas dengan cukup halus. Sementara, jika lembaran kertas saling terpisah mungkin karena Anda tidak menggunakan cukup air untuk menyatukan serat-serat kertas.
    • Jika kertas terlalu berwarna-warni (permasalahannya bahwa terjadi kesulitan untuk melihat kalimat yang Anda tulis) maka Anda perlu menggunakan lebih banyak kertas berwarna yang sama. Lain waktu, usahakan untuk menggunakan kertas putih secara keseluruhan.
    Iklan

Tips

  • Anda dapat menambahkan warna pada kertas yang Anda buat dengan menambahkan dua atau tiga tetes pewarna makanan ke dalam campuran bubur kertas saat berada dalam blender.
  • Setrika kertas untuk mengeringkannya dengan lebih cepat. Cobalah menempatkan kertas di antara dua lembar kain, lalu menekannya dengan setrika hangat. Cara tersebut juga dapat menghasilkan lembaran kertas yang rata dengan aman dan lebih halus.

Hal yang Anda Butuhkan

  • Koran bekas yang bersih atau limbah kertas lain
  • Air
  • Panci/baskom untuk mencuci piring
  • Blender listrik
  • Kasa berbahan logam yang tidak berkarat dengan dimensi sesuai ukuran kertas yang ingin Anda buat
  • Handuk bekas
  • Selembar sprei bekas ukuran 30 cm x 30 cm
  • Spons kering

Sources and Citations